WELCOME

This is not profesional blog. Just share and learn together. For optimum display please use google chrome browser. Thanks for visiting

Rabu, 30 Januari 2013

Jenis - jenis Sensor (Bagian I)



Dalam kaitannya dengan sistem elektronis, Sensor dan transduser pada dasarnya dapat dipandang sebagai sebuah perangkat atau device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik, sehingga keluarannya dapat diolah dengan rangkaian listrik atau sistem digital. Berdasarkan variabel yang diindranya, sensor dikatagorikan kedalam dua jenis : sensor Fisika dan sensor Kimia. Sensor Fisika merupakan jenis sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya, kecepatan, percepatan, maupun sensor suhu.

Sedangkan jenis sensor kimia merupakan sensor yang mendeteksi jumlah suatu zar kimia dengan jalan mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik dimana di dalamnya dilibatkan beberapa reaksi kimia, seperti misalnya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan, serta sensor gas.

Berikut adalah beberapa jenis sensor yang dapat umum kita jumpai di lapangan:
1. Sensor Proximity
    Sensor proximity adalah sensor yang mampu mendeteksi keberadaan benda di dekatnya tanpa adanya kontak fisik. Proximity sensor sering memancarkan medan elektromagnetic atau pantulan dari radiasi elektromagnetic. Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis logam maupun bukan logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Yang mendeteksi jenis logam disebut sensor proximity induktif, sedangkan yang mendeteksi bukan logam di sebut proximity kapasitif. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini 
                                                             Gb. Proximity sensor

Gb. Contoh koneksi proximity sensor type PNP

2.Sensor Magnet
    Pada awalnya sensor magnet memungkinkan navigasi atas lautan  dengan merasakan kutub magnet bumi. Penginderaan medan magnet telah sangat diperluas di dunia industri dan telah diadaptasi berbagai sensor magnetik untuk mendeteksi keberadaan, kekuatan, atau arah medan magnetik tidak hanya dari Bumi, tetapi juga dari  magnet permanen, gangguan kendaraan, aktivitas gelombang otak, dan bidang yang dihasilkan dari
arus listrik . Sensor magnetik dapat mengukur sifat tanpa kontak fisik dan telah menjadi kontrol sistem navigasi.
    Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.
Sebuah sensor medan magnet langsung dapat merasakan medan magnet dari magnet permanen, elektromagnet, atau arus. Dalam merasakan kehadiran benda besi, magnet biasing sering digunakan. Magnet biasing magnetizes feromagnetik obyek seperti gigi gigi, dan sensor mendeteksi medan magnet gabungan dari magnet obyek dan magnet biasing. Sebuah magnet biasing ditempelkan ke sensor dalam posisi sedemikian rupa sehingga pengaruh langsung terhadap sensor minimal. Biasanya magnet biasing adalah
dipasang di bagian atas sensor dengan sumbu tegak lurus magnet dengan sumbu sensitif dari sensor.

                                                   
                                               Gb. Contoh aplikasi sensor magnet

3. Sensor Sinar
     Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip
kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima. Salah satu contoh sederhana dari sensor sinar adalah LDR dan contoh lainnya yang lebih canggih adalah photosensor seperti gambar dibawah ini : 
                                                                   Gb. LDR

Gb. Photosensor


4. Sensor Ultrasonik
    Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.
                                                                 
                                                              Gb. Ultrasonic sensor

5. Sensor Tekanan
    Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya.
Strain gauge adalah sebuah contoh transduser pasif yang mengubah pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan. 
Gb. Strain gauge


6. Sensor kecepatan
    Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.


Gb. RPM sensor

7. Sensor Penyandi (encoder)
    Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua,
Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.
Gb. Encoder

8. Sensor Suhu
    Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding.
Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu.
Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas
dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear.

Gb. RTD


Gb. RTD PT 100

Gb. Thermocouple

Gb. IC suhu LM 355















Dikutip dari : Bahan ajar Sensor dan Transducer, oleh Iwan Setiawan, ST, MT. (dengan diedit seperlunya tanpa mengurangi makna dan isi)



»»  Baca Selengkapnya...

Selasa, 29 Januari 2013

Contoh Program PLC Omron dengan Software CX-One

Setelah beberapa postingan kita coba mempelajari dasar2 PLC Siemens S7, maka pada postingan kali ini saya akan mencoba memberikan postingan mengenai contoh program sederhana menggunakan software CX-One beserta dengan simulasinya. Sebelum mencoba, pastinya syarat utamanya adalah kita telah mempunyai software CX-One tersebut. Baiklah, langsung saja ke pokok permasalahan heheheheh.....

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Pada window utama klik start dan all program
2. Klik omron
3. Klik CX-One
4. Klik CX-Programmer
5. Klik Cx- Programmer



Setelah itu kemudian layar kerja CX-Programmer akan terbuka, kemudian ikuti langkah sebagai berikut :
1.Klik New
2. Pilih Type PLC yang diinginkan, pada contoh kali ini kita menggunakan CJIM cpu no. 23


Setelah kita tentukan PLC yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah :
1. Klik simbol kontak NO
2. Isikan alamatnya, misalkan 0.00, maka anda cukup mengketikkan 0
3. Klik OK, kemudian isikan comment, bisa diisi sembarang sesuai keinginan, karena tujuannya untuk memudahkan membaca program yang kita buat, namum dalam contoh kali ini saya isikan "RUN"



Selanjutnya buatlah program seperti gambar dibawah, kemudian jangan lupa klik END


Setelah anda klik END, maka tampilanya akan seperti dibawah ini. Jika anda ingin kembali ke layar semula, klik "Section"


Program sederhana telah selesai kita buat, selanjutnya adalah kita buka CX-Simulatornya. Caranya adalah kita kembali ke window utama seperti gambar dibawah ini :



Kemudian check list select PLC dan klik OK, seperti gambar dibawah:


Kemudian Klik Next seperti gambar dibawah:

Saya kira tidak perlu uraian panjang lebar lagi, langsung ikutin gambarnya dibawah ini step by step dan klik  yang saya lingkari dengan warna merah









Kemudian klik connect, dan hasilnya akan seperti dibawah ini. Jika lampu Network menyala kedip artinya PLC kita sudah connect.




Selanjutnya kita kembali lagi ke layar CX-Programmer dan klik simulation dan ON kan seperti gambar berikut:


Setelah kita klik work online simulator, maka program yang kita buat akan didownload ke PLC simulator, dan jika berhasil akan tampil seperti gambar berikut :

Selanjutnya adalah kita ON kan kontak NO dengan cara di force, yaitu klik kana pada kontak RUN dan kemudian klik force lalu klik ON. Karena Program yang kita buat diatas kontak RUN adalah berperan sebagai saklar pushbutton, maka setelah ON kemudian di OFF kembali.



Jika berhasil maka LAMP ON akan tetap menyala meskipun kontak RUN telah kita OFF. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah :



Oke sobat, cukup sekian, selamat mencoba dan semoga berhasil serta bermanfaat.  Salam share and learn together........
»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 28 Januari 2013

Pemograman PLC Siemens S7 dengan STL (Comparison Instruction)

                                              Metode Pemograman dengan STL (Statement List)

I.Gambaran umum mengenai perintah comparison
ACCU 1 (accumulator 1) dan ACCU 2 (accumulator 2) nilai datanya dibandingkan sesuai dengan jenis perbandingan data yang dipilih :
- = = ACCU 1 sama dengan ACCU 2
- <>  ACCU 1 tidak sama dengan ACCU 2
-  >   ACCU 1 lebih besar dibandingnkan dengan ACCU 2
- <    ACCU 1 lebih kecil dibandingkan dengan ACCU 2
- >=  ACCU 1 lebih besar atau sama dengan ACCU 2
- <=  ACCU 1 lebih kecil atau sama dengan ACCU 2


Jika nilai perbandingan tersebut betul sesuai dengan type perbandingannya, maka RLO (relay logic operations) akan bernilai 1. Ada beberapa perintah comparasion sebagai berikut :
1. Compare integer (16 bits)
     Perintah compare integer (16 bit) membandingan nila data di ACCU 2 dan nila data di ACCU1. Hasil dari nilai perbandingan diindikasikan dengan nilai RLO. RLO bernilai 1 jika hasil perbandingannya benar dan RLO bernilai 0 jika perbandingannya salah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dibawah ini :



Contoh :


Penulisan program                     Penjelasan
L       MW10                    //Load contents of MW10 (16-bit integer).
L        IW24                   //Load contents of IW24 (16-bit integer).
>I                                   //Compare if ACCU 2-L (MW10) is greater (>) than ACCU 1-L (IW24).
= M 2.0                           //RLO = 1 if MW10 > IW24.

2. Compare Double integer (32 bits)
     Penjelasan dan fungsinya hampir sama dengan penjelasan yang di atas, hanya saja nilai datanya saja yang berbeda. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dibawah ini :

Contoh :

Penulisan program                 Penjelasan
L MD10                     //Load contents of MD10 (double integer, 32 bits).
L ID24                      //Load contents of ID24 (double integer, 32 bits).
>D                              //Compare if ACCU 2 (MD10) is greater (>) than ACCU 1 (ID24).
= M 2.0                      //RLO = 1 if MD10 > ID24

3. Compare floating point (bilangan REAL) 32 bits
    Penjelasan dan fungsinya juga hampir sama dengan yang di atas, hanya saja nilai data/ jenis data yang berbeda. 

Contoh : 
Penulisan program           Penjelasan
L MD10                //Load contents of MD10 (floating-point number).
L 1.359E+02        //Load the constant 1.359E+02.
>R                       //Compare if ACCU 2 (MD10) is greater (>) than ACCU 1 (1.359-E+02).
= M 2.0               //RLO = 1 if MD10 > 1.359E+02.






Dikutip dari : Instruction manual PLC Siemens (dengan diedit seperlunya tanpa mengurangi makna dan isi)





»»  Baca Selengkapnya...

Simbol - simbol logika


Dibawah ini adalah daftar simbol simbol yang umum digunakan dalam rangkaian logika : 






Dikutip dari : American Technical Publisher




»»  Baca Selengkapnya...

Pemograman PLC Siemens S7 dengan STL (Bit Logic Instructions)

                   Metode Pemograman PLC dengan STL (Statement List)

1. A (and)
                             Contoh :                      Gambar Relay Logic                              


                           Penulisan Program : A    I1.0
                                                             A     I1.1
                                                             =     Q4.0

2. AN (and not)
                           Contoh :                             Gambar Relay Logic


                                  Penulisan program : A         I1.0
                                                                    AN       I1.1
                                                                     =         Q4.0

3. O (or)
                   Contoh :                          Gambar Relay Logic

                                 Penulisan program :    O          I1.0
                                                                       O           I1.1
                                                                       =           Q4.0

4. ON (or not)
                  Contoh :                             Gambar Relay Logic

                                Penulisan program :    O           I1.0
                                                                     ON         I1.1
                                                                      =           Q4.0

5. X (exclusive or)
                  Contoh :                            Gambar Relay Logic

                               Penulisan program :    X             I1.0
                                                                    X             I1.1
                                                                     =             Q4.0

6. XN (exclusive or not)
                  Contoh :                          Gambar Relay Logic


                          Penulisan program :   X         I1.0
                                                              XN       I1.1
                                                               =          Q4.0


7. O (and before or)
                       Contoh :                             Gambar Relay Logic


                                  Penulisan program : A        I1.0
                                                                    A        M10.0
                                                                    O
                                                                     A       I0.2
                                                                    A        M0.3
                                                                    O        M10.1
                                                                     =        Q4.0
                                                                     


8. A(  (and with nesting open)
                     Contoh :                            Gambar Relay Logic

                            Penulisan program :  A(
                                                                O                I0.0
                                                                O                M10.0
                                                                 )
                                                                A(
                                                                O                I10.2
                                                                O                M10.3
                                                                 )
                                                                 A               M10.1
                                                                 =               Q4.0

9. R (reset) dan S (set)
          Contoh :                                                  Gambar Relay Logic


Diagram Signal State

                           Penulisan program :  A            I1.0
                                                              S             Q4.0
                                                              A             I1.1
                                                              R             Q4.0

10. FN (edge negatif )
      Cara kerjanya adalah mendeteksi perubahan signal bit 1 ke signal bit 0. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat definisi gambar dibawah ini : 
Contoh : Jika PLC mendeteksi perubahan signal di contact I1.0, akibatnya akan meng energize (mengaktifkan) coil Q4.0 selama 1 cycle scan OB 1

11. FP (edge positif)
      FP adalah kebalikan dari FN yaitu mendeteksi perubahan signal bit 0 ke signal bit 1, untuk lebih jelasnya bisa langsung di lihat signal state diagramnya dibawah ini : 












Dikutip dari : Manual Instruction PLC Siemens (dengan diedit seperlunya tanpa                                              mengurangi makna dan isi)








»»  Baca Selengkapnya...